JAKARTA (BLOOMBERG) – Dengan wabah virus corona terburuk di Asia Tenggara yang berdampak pada ekonomi dan pekerjaan Indonesia, dua dari tiga warga menentang kelanjutan perintah jarak sosial yang ketat untuk menahan penyakit mematikan itu, menurut sebuah survei.
Pemerintah harus memprioritaskan upaya untuk menghidupkan kembali ekonomi daripada mengatasi penyebaran virus, mayoritas peserta dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh surveyor independen Indikator Politik Indonesia mengatakan.
Mereka yang menentang pembatasan mobilitas yang ketat, yang dikenal sebagai PSBB, melonjak menjadi 60,6 persen dari 34,7 persen pada Mei, survei 13-16 Juli menunjukkan.
Dengan sebagian besar kota dan provinsi, termasuk ibukota Jakarta, melonggarkan pembatasan, kondisi ekonomi rumah tangga telah membaik dari Mei ketika dipandang sebagai yang terburuk sejak 2004, kata surveyor.
Pelonggaran dalam apa yang sudah menjadi serangkaian langkah-langkah jarak sosial yang longgar telah memicu rekor lonjakan kasus dari Jakarta ke Surabaya, kota-kota terbesar dan pusat-pusat komersial di negara itu.
Pandemi telah menghantam Indonesia lebih keras daripada krisis keuangan Asia 1997, memukul usaha kecil dan besar, kata Presiden Joko Widodo bulan lalu. Wabah ini telah membuat jutaan orang menganggur dan dapat menjerumuskan lebih banyak orang ke dalam kemiskinan, dengan negara itu berpotensi menuju resesi pertama dalam lebih dari dua dekade.
Kasus baru di Jakarta melonjak 433 pada hari Selasa, rekor harian, menjadikan total infeksi menjadi hampir 90.000, data resmi menunjukkan.
Negara terpadat keempat di dunia itu adalah negara yang dilanda virus terburuk di Asia Tenggara, dengan jumlah kematian 4.320.
Peringkat persetujuan pemerintah naik menjadi 60,2 persen dari 56,4 persen pada Mei, sementara 65,1 persen peserta survei puas dengan kinerja Jokowi, seperti yang dikenal Presiden, kata Indikator.
Leave a Reply